Hi Readers!
Mau Sharing pengalaman tentang pernikahan sederhana saya nih.
Awalnya tidak terbesit sedikitpun dalam benak untuk mencari pendamping hidup lagi apalagi dalam waktu yang cukup dekat saat itu.
Saya hanya fokus pada ekstensi kuliah saya yang bertahun – tahun terbengkalai dan membangun karir saya lagi di Jakarta dari nol sekembalinya dari Bandung.
Mau Sharing pengalaman tentang pernikahan sederhana saya nih.
Awalnya tidak terbesit sedikitpun dalam benak untuk mencari pendamping hidup lagi apalagi dalam waktu yang cukup dekat saat itu.
Saya hanya fokus pada ekstensi kuliah saya yang bertahun – tahun terbengkalai dan membangun karir saya lagi di Jakarta dari nol sekembalinya dari Bandung.
Tetapi Allah mempunya rencana lain yang lebih indah. Disaat –
saat fokus saya pada anak, pekerjaan dan pendidikan saya dipertemukan dengan
seorang lelaki yang menurut saya adalah lelaki paling gentle seumur hidup saya.
Dia langsung meminta izin kepada ayah saya untuk memperistri saya. Dia tidak
mempermasalahkan status saya saat itu. Dia melamar saya dengan bermodalkan
keyakinan untuk bersama - sama membangun keluarga menuju kearah yang lebih baik.
Persiapan pernikahan kami pun hanya beberapa bulan, itupun
kami sendiri yang menentukan tanggal 12 Juni 2015 ( 12 diambil dari tanggal lahir saya, juni
diambil dari bulan lahir dia dan 2015 adalah tahun dimana kami dipertemukan).
Karena ini pernikahan kedua untuk saya dan kami harap
menjadi pernikahan terakhir kami, saya sudah tidak mau lagi merepotkan orang
tua kami. Segala persiapan kami siapkan secara singkat.
Setelah baper – baperan, diem – dieman sampai adu argumen
sedemikian rupa akhirnya diputuskan untuk menikah secara akad sah secara agama
dan negara saja, tidak perlu mengadakan resepsi.
Pernikahan kami adalah pernikahan baik-baik dan tentunya kami kabarkan pada semua orang, kami sama sekali tidak mentutup-tutupi. Kami membuat syukuran sederhana yang dihadiri tetangga, saudara, kerabat kami serta sahabat dekat.
Akad dilaksanakan pada hari Jumat, setelah solat Jumat. Akad
di laksanakan di musola dekat rumah saya, awalnya akan dilaksanakan dimasjid,
tetapi berhubung jarak masjid agak jauh dari rumah saya akhirnya kami
melaksanakannya di mushola.
Akad berjalan lancar, hikmat dan sangat sakral.
Kami semua bahagia, ada beberapa sambutan dari para sesepuh
baik dari pihak mempelai wanita maupun laki – laki. Ada juga tim marawis yang
mengiringi perjalanan kami dari rumah menuju mushola dan sebaliknya saat
pulang. Ada juga acara saweran (menyebar uang koin) yang merupakan adat di
beberapa daerah seperti di betawi dan jawa.
Semua tersenyum bahagia menjadi saksi pernikahan kami yang
sakral walau tanpa resepsi.
selamat menempuh hidup baru ya mbak .. semoga langgeng sampe anak cucunya
BalasHapus